Senin, 23 Februari 2009

Eucheuma cottonii

Rumput laut (seaweed) atau yang lebih dikenal dengan ganggang merupakan organisme autotrof yang hidup di perairan. Struktur rumput laut tidak dapat dibedakan antara daun, batang dan akar. Keseluruhan tubuh rumput laut disebut thallus dengan bentuk yang bervariasi tiap spesiesnya. Rumput laut juga melakukan fotosintesis seperti halnya tumbuhan autotrof di darat. Rumput laut memiliki berbagai jenis pigmen dalam kloroplasnya sehingga panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun lebih bervariasi
Selain berperan dalam fotosintesis, pigmen pada rumput laut juga memberikan warna thallus, sehingga pigmentasi thallus dijadikan suatu dasar klasifikasi rumput laut. Rumput laut mengandung klorofil a, b, c, karotenoid dan juga khromatofor lain seperti, fikooxantin, fikoeritrin dan lain-lain (Sze, 1998). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, selain berpean dalam proses fotosintesis bagi organisme autotrof, klorofil dan karotenoid juga berperan bagi manusia.
Beberapa penelitian masa kini telah membuktikan bahwa klorofil mengandung zat antiperadangan, antibakteri, antiparasit, antioksidan dan zat-zat berkhasiat obat lainnya. Kerotenoid yang berada dalam rumput laut juga berperan sebagai antioksidan yaitu zat yang berfungsi memerangi radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Kurnia, 2005).
Eucheuma cottonii merupakan spesies rumput laut yang banyak dibudidayakan di perairan Indonesia. Hal tersebut dikarenakan manfaat pikokoloidnya yang besar yaitu karaginan dan agar serta teknik budidayanya yang relatif mudah dan murah. Eucheuma cottonii merupakan rumput laut merah (Rhodophyta) yang kaya akan pigmen fotosintesis dan pigmen aksesoris lainnya, yaitu klorofil a, α-karoten, β-karoten, fikobilin, neozantin dan zeanthin (Luning, 1990). Penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa kandungan pigmen dipengaruhi oleh logam dan mineral esensial dan non esensial.
Logam dan mineral hampir selalu ditemukan dalam air tawar ataupun air laut. Masuknya logam berat seperti Hg (merkuri), Pb (timbal), Zn (seng), Cd (kadmium) dan logam berat lainnya dalam perairan laut dengan konsentrasi yang berlebih dapat memberikan efek toksik bagi organisme laut baik hewan ataupun tumbuhan. Pb dan Cd merupakan logam berat yang beracun dan merupakan unsur non esensial bagi kehidupan organisme khususnya rumput laut. Rumput laut mengakumulasi logam berat dari lingkungan perairan tempat hidupnya (Lamai, dkk. 2005).
Berdasarkan Silvanindya (2003), terungkap bahwa Eucheuma cottonii yang dibudidayakan di perairan Situbondo mengakumulasi Pb dengan konsentrasi rata - rata berkisar antara 0, 19 – 0, 94 ppm. Hal ini menyebabkan laju pertumbuhan Eucheuma cottonii menurun. Logam berat yang terdapat di perairan dapat diserap dan terakumulasi dalam thallus rumput laut. Pada prinsipnya logam berat mempengaruhi tumbuhan dengan cara mengganti kedudukan ion – ion esensial dalam sel. Dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa beberapa spesies rumput laut bermanfaat dalam menyerap logam berat sehingga kandungan logam berat yang mencemari badan perairan dapat pindah atau masuk dalam thallus rumput laut. Logam berat dapat mengacau sistem metabolisme dan menurunkan produktifitas rumput laut. Akumulasi logam berat dipengaruhi oleh lama pemaparan. Hal ini dapat menyebabkan semakin lama pemaparan maka semakin banyak logam berat khususnya Pb yang terakumulasi dalam thallus.
Dengan mengetahui manfaat pigmen dan pengaruh logam berat terhadap metabolisme rumput laut maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh PbCl2 dan lama pemaparan terhadap pigmen klorofil dan fikoeritrin Eucheuma cottonii
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh PbCl2 dan lama pemaparan terhadap kandungan pigmen klorofil dan fikoeritrin Eucheuma cottoni.
Penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa Eucheuma cottonii merupakan rumput laut yang memiliki kemampuan untuk mengakumulasi Pb dalam thallusnya. Timbal menyebabkan penurunan kandungan klorofil dan fikoeritrin. Semakin besar konsentrasi Pb media dan semakin lama pemaparan maka semakin besar Pb yang terakumulasi dan semakin sedikit kandungan klorofil dan fikoeritrin thallus E. cottonii. Pengaruh tertinggi Pb terhadap klorofil dan fikoeritrin terjadi pada konsentrasi Pb media 0,1 ppm pada 7 hari pemaparan yaitu sebesar 95,30 mg/kg untuk klorofil dan kandungan fikoeritrin sebanyak 53,45 mg/kg.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Australian and New Zealand Guidelines for Fresh and Marine Water Quality. Aquatic Ecosys Vol 2. Bab 8. www.deh.gov.au/water/quality/n wqms/pubs/volume 2-8-2,pdf. Diakses tanggal 5 Mei 2006

Annonim. 2001. Hasil Penelitian Laboratorium Monitoring Lingkungan. Balai Riset dan Standarisasi Perdagangan dan Industri, Surabaya

Annonim. 2002. Plant Resources of South East Asia 15, Cryptogams: Algae. Prosea, Bogor

Annonim. 2005. Standar Operasional Prosedur. Balai Riset dan Standarisasi Perdagangan dan Industri, Surabaya

Annonim. 2005. Fotosintesis. http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis. diakses 12 Nopember 2005

Ariyza. I. S. 2005. Phycocyanin Dari Mikroalga Bernilai Ekonomis Tinggi Sebagai Produk Industri. Oseana, vol XXX, no 3, hal 27-36

Aslan, L. M..1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius, Yogyakarta

Atmadja, W. 1996.Pengenalan Jenis Alagae Merah (Rhodophyta). Pengenalan Jenis Jenis Rumput Laut Indonesia. Atmadja, W. S., A, Kadi., Sulistijo dan Rahmaniar (Edd). Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta

Benavides. M. P., Susana. M. G., Maria. L. T. 2005. Cadmium Toxicity Plant. Brazilian Journal of Plant Physiology, vol XVII no 1.

Bregman, A. 1996. Laboratory Investigation In Cell and Molecular Biology. John Wiley and Sons, New York

Bryan, G. W. 1976. Some Aspects Of Heavy Metal Tolerance In Aquatic Organisms. Effect of Pollutans on Aquatic Organisms. Lockwood. A. P. M. (edd). Cambridgr University Press, England

Connel, D. W dan Miller. G. J. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Universitas Indonesia Press, Jakarta

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas Indonesia Press, Jakarta
Dawes. J. C. 1981. Marine Botany. John Wiley and Sons, New York



Edward dan Z, Tarigan. 1987. Pengamatan Pendahuluan Kadar Pb, Cd, Cu dan Zn Dalam Air dan Biota di Teluk Ambon. Teluk Ambon Biologi, Perikanan, Oseanografi dan Geologi. Balai Penelitian Pengembangan Sumber Daya Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, LIPI, Ambon

Gasperz, V. 1991. Metode perancangan percobaan. Armico. Bandung.

Graham, L. E. dan Lee. W. W. 2000. Algae. Prentice Hall, United State of America

Granbom, M dan Marianne, P. 1999. Carbon acquisition strategies of the red alga Eucheuma denticulatum, artikel online, http//:www.springerlink.com, diakses tanggal 28 Februari 2006

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung

Indriani, H. dan Emi, S. 1992. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta

Jones, A. B. 1994. Influence of Nitrogen Source and Availability on Amino Acids, Pigments and Tissue Nitrogen of Gracilaria edulis (Rhodophyta). Tesis. University of Queensland, Australia.
www.marine.uq.edu.au/marbot/people/pdf/jones_honours_thesis_1994. diakses tanggal 10 Oktober 2005.

Kadi, A dan Wanda, A. 1988. Rumput Laut (Algae) Jenis, Reproduksi, Produksi, Budidaya dan Pasca Panen. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta

Kovacs, M. 1992. Biological Indicators in Enviromental Protection. Ellis Horwood Limited, England

Kurnia, K. 2005. Richard Martin Willstatter Anak Penjual Tekstil Penemu Klorofil. http://www.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 20 Nopember 2005

Lamai, C., Maleeya. K., Prayad. P., E. Suchart.U. dan Varasaya. S. 2005. Toxicity and Accumulation of Lead and Cadmium In The Filamenous Green Algae Cladopora fracta (O. F. Muller ex Vahl) Kutzing : A Laboratory Study. Scienceasia.Vol 31, hal. 121-127. http://www.scienceasia.tiac.or.th/PDF/ vol 31/v31_121_127.pdf. diakses tanggal 15 September 2005

Luning, K. 1990. Seaweed Their Environment, Biogeography and Ecophysiology. John Wiley and Sons, New York

Majangkun, J. S. 1999. Kajian Kepelbagaian Alga Marin di Perairan Pantai Lido Johor. Pkukmweb.ukm.my/~ahmad/botani/jenifer.htm diakses tanggal 15 September 2005

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta

Pinto. E., T. C. S. S. Kutner., M. A. S. Leitao., O. K. Okamoto., D. Morse dan P. Colapcalo. 2003. Heavy Metal Induced Oxidative Strees in Algae. Journal Phycol, vol 39, hal 1008-1018

Romimohtarto, K. 1985. Kualitas Air Dalam Budidaya Laut. Seafarming Workshop Report. Bandar Lampung.
www.fao.org/docrep/field/AB882E13.htm diakses tanggal 2 Agustus 2005

Sedana, I. G., Jack S.D.. Soehardi P. dan Nugroho A. 1985. Uji Coba Budidaya Rumput Laut di Plot Farm. http://www. fao.org/docrep/field.htm

Sharma. P dan Rama. S. D. 2005. Lead Toxicity in Plant. Brazilian Journal of Plant Physiology, vol XVII no 1.

Silvanandya. 2003. Studi Kandungan Logam Berat Pb Dalam Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Hasil Budidaya di Perairan Situbondo. Skripsi. Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Sulistijo. 1996. Perkembangan Budidaya Rumput Laut di Indonesia. Pengenalan Jenis Jenis Rumput Laut Indonesia. Atmadja, W. S., A, Kadi., Sulistijo dan Rahmaniar (Edd). Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta

Sze, P. 1998. A Biology of The Algae. McGraw Hill, New York

Triquet, C. A., D. Pain., G. Mouvais dan L. Pinault. 1992. Lead Poisoning in Water Fowl, Impact of Heavy Metal on The Environmental. J. P. Vernet (Edd). Elsevier, Netherland

Walpole, R. E dan Raymond. H. M. 1995. Ilmu Peluang Dan Statistika Untuk Insinyur Dan Ilmuan. Penerbit ITB, Bandung

Wong, M. K dan W. L. Tani. 1999. ASEAN Marine Water Quality Criteria For Lead. Marine Environment Division, Water Quality Management Bureau, Pollution Control Department, Singapore

Tidak ada komentar: